Dianggap Ramah Lingkungan, Di Amerika Lagi Trend Jenazah Dijadikan Pupuk Kompos
Proyek bernama “Urban Death Project” merupakan salah satu ide yang dicetuskan Katrina Spade dari Seattle. Ia menemukan cara lain dalam memproses orang yang sudah meninggal selain dikubur, dikremasi atau didonasikan ke sekolah kedokteran.
Menurutnya, cara ini lebih ramah lingkungan. Idenya itu menyediakan alternatif “human composting” atau menjadikan mayat sebagai pupuk kompos. Proyek ini terinspirasi dari pembuatan pupuk dari jasad hewan. Spade percaya bahwa tubuh manusia bisa diperlakukan sama.
“Tubuh kita sangat kaya akan nutrisi. Bagaimana kalau kita sebenarnya dapat membuat kehidupan baru setelah kita meninggal?”, ucap sarjana arsitektur itu kepada NYTimes.com
Proyek yang diharapkan bisa menjadi alternatif baru yang lebih ramah lingkungan itu melibatkan proses antara karbon, nitrogen, oksigen, dan mikroba-mikroba yang bisa menghancurkan jasad dalam waktu enam minggu.
Selain itu, proyek ini juga diyakini bisa menjadi solusi dalam permasalahan yang disebabkan oleh proses penguburan dan kremasi. Teknik penguburan banyak memakan lahan terutama pada wilayah kota yang kecil. Kemudian, pada proses kremasi juga menghasilkan limbah asap yang menyebabkan polusi udara.
“Urban Death Project tidak hanya mengubah jasad kita menjadi bahan pupuk, tetapi juga sebagai pengabdian kita kepada alam dan ritual bagi keluarga untuk menyatukan kita kembali dengan alam,” demikian dilansir dari laman resmi proyek ini.
Mendapat beberapa respon kurang setuju, namun proyek ini cukup menarik perhatian banyak ilmuwan dan pemerhati lingkungan. Keluarga bisa mengambil jasad yang sudah melebur menjadi kompos itu digunakan pada tanaman atau media pendukung menanam pohon.