Dijuluki Wonder Woman, Simak Kisah Surani Montir di Bengkel Mobil Sragen
Pekerja bengkel atau mekanik merupakan profesi yang biasanya didominasi oleh laki-laki. Namun, bukan berarti perempuan tidak bisa bekerja di bidang ini. Hal itu juga dibuktikan oleh mekanik wanita asal Sragen, Surani. Meski pekerjaan sebagai montir lebih banyak dikerjakan oleh laki-laki, Surani sudah terbiasa bermain dengan berbagai peralatan bengkel, termasuk oli dan mesin kendaraan.
Reputasi wanita 53 tahun ini di dunia teknisi bengkel tidak bisa dianggap remeh. Kepiawaian Surani dalam memperbaiki kerusakan mobil bisa diandalkan. Baginya, usia hanyalah sederet angka. Nyatanya, ibu yang melahirkan tiga anak ini masih aktif bekerja di bengkel mobil miliknya di Jalan Sragen-Sambirejo, tepatnya di Dukuh Bontit, RT 26 / RW 4, Desa Srimulyo, Gondang, Sragen.
“Awalnya hanya bantu-bantu bapak. Belajar sedikit demi sedikit. Lama-lama bisa sendiri,” ujar Surani kala berbincang dengan Solopos.com di bengkel miliknya pada momen Hari Ibu
Surani menekuni dunia bengkel mobil sejak 1987, tepatnya setelah dua tahun menikah dengan suaminya, Suranto, 58. Awalnya, Surani hanya bermaksud membantu meringankan pekerjaan suaminya yang berprofesi sebagai seorang teknisi bengkel. Ia tidak pernah menerima jurusan teknik mesin. Namun, semangatnya untuk membantu pekerjaan suaminya membuatnya lebih mudah untuk mempelajari seluk beluk ilmu bengkel.
Awalnya, Suranto dan Surani didampingi adik-adiknya. Setelah adiknya menikah, dia diundang untuk membuka bengkelnya sendiri. Hingga saat ini Surani dan suaminya telah menunggu lokakarya. Wanita di Sragen ini mengaku pekerjaannya sebagai teknisi bengkel membutuhkan tenaga kerja yang kuat. Meski usianya sudah tidak muda lagi, sebagai seorang ibu ia merasa masih bugar untuk terus bekerja sebagai teknisi bengkel.
Umumnya kerusakan mobil yang ditangani oleh Surani sebagai teknisi bengkel berkisar pada perbaikan gardan, perbaikan shockbreaker, kaki-kaki, dan lain sebagainya. Sebagian besar pelanggan di bengkel yang dikelola Surani dan suaminya adalah supir truk. Bahkan, ia terkesan dengan Surani yang ingin bekerja sebagai teknisi bengkel, pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh laki-laki. Dwi Purnomo puas dengan hasil kerja Surani. Untuk itu, dia tidak pernah terpikir untuk pindah ke bengkel lain.